Rabu, 02 April 2014

berpikir lateral

  BERPIKIR LATERAL

Edward de Bono, membagi pola berpikir menjadi dua: 
  1. yaitu vertikal dan
  2. lateral.
  • Pola berpikir vertikal adalah pola berpikir logis konvensional yang selama ini kita kenal dan umum
dipakai. Pola berpikir ini dilakukan secara tahap demi tahap berdasarkan fakta yang ada, untuk
mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, dan akhirnya memilih alternatif yang paling
mungkin menurut logika normal. Pola berpikir vertical sangat erat dengan bernalar di
matematika. Sehingga saat siswa belajar matematika, maka siswa tersebut, diharapkan memiliki
keterampilan berpikir vertical. Bila dilihat dari fungsi otak, maka berpikir vertical lebih
memfungsikan otak kiri yang bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional.
  • Berbeda dengan pola berpikir lateral, pola berpikir ini tetap menggunakan berbagai
fakta yang ada, menentukan hasil akhir apa yang diinginkan, dan kemudian secara kreatif
(seringkali tidak dengan cara berpikir tahap demi tahap) mencari alternatif pemecahan masalah
dari berbagai sudut pandang yang paling mungkin mendukung hasil akhir tersebut. Bila dilihat
dari fungsi otak maka berpikir lateral menggunakan otak belahan kanan yang bersifat acak, tidak
teratur, intuitif, divergen, dan holistik. Tidak mengherankan jika pola berpikir lateral sering
muncul dalam berbagai penemuan baru dan terobosan dalam ilmu pengetahuan. Termasuk para
ahli matematika, proses penemuan tidak bersumber pada pola dan metode, namun diperoleh dari
kegiatan kreatif. 
  • Salah satu tujuan dalam pendidikan adalah membantu siswa belajar bagaimana untuk
berpikir lebih efektif. Matematika adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dimana salah satu
tujuannya adalah berpikir lebih efektif. Dilihat dari pandangan pandangan konstruktivis
pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator.

Menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran matematika berorientasi pada:
(1) pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi,
(2) dalam pengerjaan matematika, setiap langkah siswa dihadapkan kepada apa,
(3) informasi baru harus dikaitkan dengan pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang mentransformasikan, mengorganisasikan, menginterpretasikan pengalamannya, dan
(4) pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yang mereka katakan atau tulis.

Jadi, Berpikir lateral adalah memecahkan masalah melalui langsung dan pendekatan kreatif,
dengan menggunakan fakta-fakta yang ada dan melibatkan ide-ide yang mungkin tidak diperoleh
dengan hanya menggunakan langkah-langkah berpikir vertical. Untuk melatihkan kemampuan
berpikir lateral dalam pembelajaran matematika dilakukan dengan selalu memberi kebebasan
berpikir pada siswa, sehingga siswa dapat menganalisa dari bebagai sudut pandang yang mungkin
oleh guru tidak terpikirkan. Keterampilan berpikir tidak dapat diperoleh siswa begitu saja tanpa
diupayakan oleh guru. Pemberian kebebasan berpikir yang disertai bimbingan akan
mengupayakan terwujudnya keterampilan berpikir siswa. Kegitan ini sangat baik dilakukan dalam
seting kelompok, yang diharapkan siswa satu dengan lainnya memiliki keberagaman berpikir,
sehingga membuka mata bagi seluruh siswa tentang cara berpikir atau cara memandang sebuah
obyek. Dengan kata lain, jika kita ingin siswa menjadi pemikir yang handal, kita harus
mengajarkan caranya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar