PSIKOLOGI SENI RUPA ANAK
Pengetian Seni Rupa
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa merupakan ungkapan
gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan median dan
penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada
batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan
ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk
dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari
satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan
seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang
mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam
proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus
dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk
anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya
bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan
dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta
kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan
dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual
atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi
juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan,
misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup
kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau
tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu
yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya
tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.
Fungsi Seni Rupa
Seni rupa dapat
berfungsi sebagai :
a. media ekspresi
b. media komunikasi
c. media pengembangan
bakat
d. media pendidikan
KONSEP PENDIDIKAN SENI
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk
mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui
permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat
pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan
untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni
antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan
daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan
kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan
aturan-aturan estetika tertentu. selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan
menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi
melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas,
pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut
meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah
melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni adalah sebagai
media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat dikembangkan
melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya, bercita rasa
estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan. Melalui kondisi
yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap aktivitas belajarnya
secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan terhadap seni.
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru
digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar.
Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga
kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang
diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain
seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni. Tujuan pengajaran
menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui
latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan
seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik
anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan
kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan
demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan
kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa,
menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan
disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
J JENIS KARYA SENI RUPA
Jenis karya seni rupa antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari mulai
pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya karya lukis atau gambar
,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan kisi-kisi,dan
menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa bagaimana
seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai akhir.
Kegiatan coret
mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat
menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang
diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan
salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk
bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil
gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap
mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada
tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan
yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang
kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali.
Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan
dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang,
kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah
lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil
goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak:
1. Mengembangkan
kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan
daya kreativitas
3. Mengembangkan
kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan
citra diri anak
Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area
seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama
finger painting.
Tujuan dari
kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih
motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan
kematangan syaraf.
- Mengenal konsep
warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat
mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan
konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan
tersier.
- Mengendalkan
estetika keindahan warna.
- Melatih
imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa
metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan
teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan
teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi
juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka
belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6
tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini
biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap
dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang
warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan
warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang
santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan
membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam
lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup
mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang
muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka
disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan
dapat membantu mengungkapkanide-ide.
Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan
mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari
kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya
bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak
seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi
dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk
tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau
bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak
bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan
mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka
menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Teknik membentuk
sangat beraneka ragam,diantaranya :
a. Disambungkan Membutsir
Membutsir adalah
membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara diremas-remas
dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan yang biasa
digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan yang
diremas-remaskan tetapi sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.
b. Memahat
Membentuk dengan
jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara memahat.Setiap bahan
ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat dipakai antara lain kayu,batu
es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang disambung-sambung.
c. Cor (Menuang)
Proses menuang
menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang berbentuk
cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini
dibuat dari semen,plastic ,karet dan gips.
d. Merakit
Membuat karya
dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan bahan.Caranya
disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan disambungkan dengan
cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan
menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak
dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak dapat
dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun.
Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana
dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak
menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan
rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu
kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut
gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian
dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari
Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak
usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak
dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya.
Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini
ketika pelatnya dicetak.
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk
menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat
dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan
gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan
menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana
dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan
yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara
yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai
macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih
dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu
meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka
dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam
kolase yaitu:
·
Kolase dengan kertas dan kain
·
Kolase dengan tekstur
Karya rupa 3M ini
merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga
dimensi.Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam
bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan
terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen,
berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak
berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak,
mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba
untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil
berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan
kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang
dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat
berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa.
Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk
berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan
“peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam
kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk
kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan guru di
kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik
siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru
harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik
dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya.
Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah berperan
sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk
mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan
sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap
teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru,
menguasai seluruh perangkat.
PERKEMBANGAN SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR
1. Perodisasi menurut Kerchensteiner Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah
mengadakan penyelidikan pada anak anak dari masa bayi sampai empat belas tahun.
Dari 100.000 buah gambar ia menggolongkannya dalam beberapa periode,
masa, yaitu:
Masa Mencoreng : 0 3 tahun
Masa bagan : 3 - 7 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
2.
Periodisai menurut Cyrl Burt Membagi periodisasi
gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
3.
Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan
Lambert Brittain adalah: Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2
sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Perkembangan Seni
Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya
landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh
para ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun.
Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis
besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan
kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV
sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan
kedua karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua dimensi) atau
model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama, mengkaji
teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut para ahli.
Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan
dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita
bisa memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan manusia
khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa peka.
Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does not
draw is an anomaly, and particulary so in the years between 6 an 10, which is
outstandingly the golden age of creative expression”. Pada masa peka atau keemasan
ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang dimilikinya berfungsi secara
maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa peka menggambar
ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan logis pada
umur 12 dan 13 tahun.
Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan
ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1) memberi
perangsang (stimulasi) kepada siswa, 2) guru dapat mempertajam imajinasi dan
memperkuat emosi siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan
Sokrates.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan dan
kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin
tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat
berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan
kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam
membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek
gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna
yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa
perlu memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik.
- Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan
sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang
masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi
atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3
tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya
mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu
menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini
tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan moRotik
kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam
dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat
garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1) corengan
tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama. Ciri gambar yang
dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang
sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan
berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan terkendali ditandai
dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang
dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani
antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti
dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical,
lengkun bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi
menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai
mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”,
“kuda”. Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi
warna-warna yang cerah misalnya dari crayon. Kesenangan menggunakan warna
biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya.
Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan teknik-mekanik
penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya dibandingkan dengan
kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang
tua maka akan memiliki peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan
bentuk, mengembangkan koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar
dengan lingkungannnya. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang
tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang
sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang
deswasa secara melalui bahasa.
2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD
kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak
biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan
kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua
kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan
bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya.
Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu
dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang
disenanginya.
3 3. Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk.
Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada
penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan
jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada
perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak
(base line)
4 4. Masa Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan.
Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri.
Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk
berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek
sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi
(perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai
disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep
ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis
dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon.
Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan
dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum,
misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak
perempuan kepada boneka atau bunga.
5 5. Masa Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran
sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap
karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan
anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan
kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang
menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh
objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek
secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya
kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi
kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan
sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat
dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara kemampuan
menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau
memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.
6. Periode Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe
individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan
kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan
meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan
guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia
dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman
saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan